Karangan ini merupakan embrio dan masih akan dikembangkan. tunggu cerita lengkapnya ya. hahahaha
woles aja ya, selamat menunggu.
Desa Muara Bungkal, Kecamatan Sungai Mandau, Kabupaten Siak Sri Inderapura.
Pagi ini aku tepat 22 tahun. Haha, seperti lagu Taylor Swift. Pagi ini aku merasa... biasa saja. Tidak Senang, tidak sedih, netral. Sampai kemudian Ali mengajakku makan siang dan dalam beberapa detik pembicaraan yang tidak enak, air mataku mengalir. Sedih, ya seperti biasa kalimat pedasnya sedikit menyakiti. Tak ku habiskan makanku, ku katakan padanya aku ingin menangis. Aku minta duluan. Ku temukan tempat dimana orang tidak bisa menemukan wajahku dan membuka keran air mataku pelan-pelan. Tapi berbeda pada tahun sebelumya, aku berharap tak satupun orang mengingat hari ini. Aku berharap hari ini cepat berlalu. 25 Sore kami berangkat menuju Siak.
hampir saja perjalanan kami terhenti saat kap mobil bang jo terbentur sesuatu dan tebak saja, plat nomor kendaraannya terjatuh.
Uniknya, desa ini hanya memiliki 1,5 m lebar jalan yang tepiannya merupakan sungai dan kebun karet dan sawit, sedikit hal yang ku dengar dari bang jo dan bang janes, warga enggan pohonnya di tebang untuk dimanfaatkan sebagai jalan maupun penerangan (tiang listrik).
Listrik hanya hidup ketika diesel dihidupkan dan hanya hidup sampai jam 00.00 Wib malam.
tidak ada listrik pagi hari dan juga tidak ada suara kendaraan selain sepeda motor
Suasana sore hari di depan Rumah tempat kami menginap
Alhamdulillah kegiatan tahap ini selesai dengan lancar, semoga tahap selanjutnya juga tetap lancar dan harapan warga Desa untuk kemajuan desanya, bisa terwujud. Amin
Maaf banyak selfinya, maklum kan bukan lagi LPJ-an. hehehe
Komentar
Posting Komentar