Analisis Vegetasi Strata Pohon dengan Metode Plot (Contoh Artikel Ilmiah)

ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DENGAN METODE PLOT (METODE KUADRAT)
Aryani Kodriyana*, Dedi Purnomo, Raisa Fitriani, Jelida Banjarnahor
(Kelompok IV)
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
Ringkasan
Praktikum dilakukan bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis, sebaran, dominasi, nilai penting dan indeks keanekaragaman pada lokasi yang diamati. Data dikumpulkan dengan metode survey dengan kuadrt berukuran 10 x 10 m yang didistribusikan secara sistematis disepanjang transek. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Alam PMIPA FKIP Universitas Riau pada tanggal 6 Mei 2015. Dari praktikum yang dihasilkan analisis vegetasi strata pohon dimana dominansi tumbuhan adalah Alstonia scholaris dan fenologi masing-masing tanaman cenderung sama karena strata pohon yang mendominasi cukup besar.

PENDAHULUAN
Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja yagng jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit.
Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan kuarter.  Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutrhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vcegetasi kompleks lainnya.
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari (Andre, 2009) : (1) Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai, (2) Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma) mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit. (3)Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun, (4) Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi, tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun. (5) Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar. (6) Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras, (7) Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu : (1) Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m. (2) Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm. (3) Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm. Sedikit berbeda dengan inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara sampling. Dari segi floristis-ekologis “random-sampling” hanya mungkin digunakan apabila langan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systimatic sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu (Irwanto, 2010).
Analisis vegetasi dapat dilanjutkan untuk menentukan indeks keanekaragaman ,indeks kesamaan, indeks asosiasi, kesalihan, dll, yang dapat banyak memberikan informasi dalam pengolahan suatu kawasan, penilaian suatu kawasan. Data penunjang seperti tinggi tempat, pH tanah warna tanah, tekstur tanah dll diperlukan untuk membantu dalam menginterpretasikan hasil analisis.
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu : (1) Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda. (2) Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal. (3) Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau pada tanggal 6 Mei 2015. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : tali plastik, meteran, kayu pancang, perlengkapan pembuatan herbarium, dan alat tulis. Praktikum dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : (1) menentukan lokasi dengan pertimbangan kemamuan lokasi untuk mewakili karakteristik komunitas tumbuhan di daerah tersebut, (2) menentukan arah transek berdasarkan hasil survey, peta lokasi, peta topografi, (3) bagi tiap transek ditentukan 5 plot pengamatan dengan ukuran 10 x 10 m dengan memilih plot pertama secara acak dan plot berikutnya ditentukan secara berkesinambungan ke arah dalam hutan (4)  dilakukan pencatatan spesies yang ditemukan beserta kriteria yang diamati, mencakup nama jenis, keliling batang setinggi dada, tinggi total pohon, tinggi bebas cabang dan fenologi dengan syarat tumbuhan yang diamati memiliki keliling lebih dari 30 cm, (5) dilakukan pencatatan data faktor fisika dan kimia lingkungan mencakup suhu, kelembaban dan Ph tanah pada masing-masing plot, (6) bila nama ilmiah tumbuha belum diketahui dengan pasti, sampel tumbuhan diambil untuk dibuat herbarium untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut, (7) data hasil pengamatan dicatat dalam tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Laboratorium Alam Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas riau memiliki tumbuhan yang cenderung seragam baik tinggi, jenis dan fenologinya. Hal ini dibuktikan dengan data hasil pengamatan yang menunjukkan pengulangan timbulnya beberapas spesies yang sama pada plot-plot yang berbeda. Tinggi tanaman yang berkisar antara 7 sampai 13 meter dan disertai rendahnya tumbuhan tingkat pancang dan tiang di sekitar pohon amatan membuktikan keseragaman dalam ketinggian dan umur pohon. Setiap tumbuhan yang diamati memiliki organ di bagian aksial yang berwarna hijau terang yang menandakan tumbuhan tersebut masih mengalami pertumbuhan dan hal ini membuktikan keseragaman fenologi pada pohon-pohon yang diamati. Keseragamn ini disebabkan kondisi lingkungan yang terdiri atas tanah yang kering sehingga hanya tumbuhan dengan toleransi kekeringan yang tinggi yang dapat bertahan pada lokasi amatan. Kondisi iklim tropis memiliki kondisi tumbuhan yang beragam dalam hal pertumbuhan, akantetapi keberagaman pertumbuhan tidak ditemukan pada sampel di lokasi yang diamati.

Tabel 1. Rangkuman Hasil Analisis Data
No

Jenis

Jlh
Ind
Jlh
Plot
Jlh
BA (cm2)
K
(ind/ha)
KR
(%)
F

FR
(%)
D
(m2/ha)
DR
(%)
NP

pi ln pi


1
Jenis A
6
5
1473.27
120.00
40.00
1.00
35.71
2.95
33.58
109.30
-0.37
2
Jenis B
4
4
1020.09
80.00
26.67
0.80
28.57
2.04
23.25
78.49
-0.35
3
Jenis C
1
1
412.74
20.00
6.67
0.20
7.14
0.83
9.41
23.22
-0.20
4
Jenis D
1
1
616.56
20.00
6.67
0.20
7.14
1.23
14.05
27.86
-0.22
5
Jenis E
1
1
447.85
20.00
6.67
0.20
7.14
0.90
10.21
24.02
-0.20
6
Jenis F
2
2
416.72
40.00
13.33
0.40
14.29
0.83
9.50
37.12
-0.26

JUMLAH
15
14
4387.23
300.00
100.00
2.80
100.00
8.77
100.00
300.00
-1.60

H'










1.60

Komposisi  vegetasi  tumbuhan dari Analisis vegetasi dengan metode kuadran adalah Alstonia scholaris. Rhodamnia trinervia, Vitela purbaceae dan Sp A. sedangkan dominansinya adalah Alstonia scholaris. Frekuensi relatif total dari vegetasi tersebut adalah 99,99 % sedangkan kerapatan relativ total dari vegetasi tersebut adalah 99,96%. Terdapat keragamannya dilihat dari nilai Iss ( indeks kesamaan sorensen ) sebesar 36,36%  yang menunjukkan bahwa lokasi tersebut memiliki komunitas berbeda atau vegetasi penyusun pada masing-masing lokasi beragam.
Bentuk kehidupan dari spesies tumbuhan biasanya memiliki karakteristik yang tetap. Namun spesies yang sama dapat menerima bentuk kehidupan yang berbeda ketika tumbuh dibawah kondisi lingkungan yang berbeda. Vegetasi dapat diklasifikasikan kedalam struktur tanpa menunjuk pada nama spesies. Ini telah dibuktikan terutama dalam floristik lokasi yang belum dijamah, dan dalam lokasi dimana vegetasi tidak dapat diklasifikasikan dengan mudah dengan spesies yang dominan. Ketinggian tumbuhan digunakan sebagai kriteria dalam klasifikasi bentuk kehidupan. Walaupun, berbagai bentuk kehidupan dapat memberikan pemikiran khusus dari stratifikasi atau pelapisan dalam komunitas.
Arboretum bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi atau buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan dalam arboretum tersebut beragam (heterogen). Walaupun pada awalnya penanaman pohon di arboretum dilakukan secara merata menurut komunitas yang akan diciptakan. Ternyata bila dianalisis secara vertical, strata atau penyebaran kanopi tidak merata kerapatannya. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kompetisi antar species tumbuhan di arboretum (selain oleh kerusakan manusia) dalam memperoleh sinar matahari, air dan nutrisi-nutrisi yang ada dalam tanah.

KESIMPULAN
Komposisi  vegetasi  tumbuhan dari Analisis vegetasi dengan metode kuadran adalah Alstonia scholaris. Rhodamnia trinervia, Vitela purbaceae dan Sp A. sedangkan dominansinya adalah Alstonia scholaris. Frekuensi relatif total dari vegetasi tersebut adalah 99,99 % sedangkan kerapatan relativ total dari vegetasi tersebut adalah 99,96%. Terdapat keragamannya dilihat dari nilai Iss ( indeks kesamaan sorensen ) sebesar 36,36%  yang menunjukkan bahwa lokasi tersebut memiliki komunitas berbeda atau vegetasi penyusun pada masing-masing lokasi beragam.




DAFTAR PUSTAKA
Ande marpaung. 2009. bagaimana-mempelajari-analisa-vegetasi. (Online) http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan- . diakses diakses 11 Mei 2015.
Andre.2009.Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi. (Online). http://boymarpaung.wordpress.com/ . diakses 11 Mei 2015.
Dedy. 2010. Analisa_Vegetasi. (Online)  http://dydear.multiply.com/journal/item/15/. diakses 11 Mei 2015.
Michael, M. 1992. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.

Polunin, N. 1990. Ilmu Lingkungan dan Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Simanung. 2009. Analisis Vegetasi. (Online) http://bpkaeknauli.org/index.php?option=comcontent&task=view&id . diakses 11 Mei 2015.
Swanarmo, H, dkk. 1996. Pengantar Ilmu Lingkungan. Malang: Universitas   Muhammadyah.

Wahyu, Ikhsan. 2009. Analisis Vegetasi (Online). http://biologi08share.blogspot.com/2009_04_01_ archive.html. diakses 11 Mei 2015.

Komentar