Pendidikan Lingkungan di SMAN 1 Singingi Hilir



     Selalu ada fakta baru di setiap pengalamanku menjadi volunteer. Seperti fakta bahwa di provinsi Riau, masih ada beberapa Desa yang selain tidak punya listrik juga tidak punya jalan utama yang normal, yang ku temukan saat menjadi volunteer untuk Sekolah Desa di pedalaman Siak Sri Inderapura. Fakta bahwa Provinsi Riau masih punya sebuah hutan yang asri, surga kecil yang terlindungi, yaitu Suaka Margasatwa Rimbang Baling, ku temukan saat menjadi volunteer pendidikan lingkungan untuk anak-anak di Desa Aur Kuning dan Pangkalan Serai, Kampar. Fakta bahwa ribuan hektar tanah Ria hanya dimiliki oleh beberapa nama saja, saat menjadi volunteer Asesmen Kebijakan FCC APP. Lalu sebuah pelajaran yang aku ambil dari seorang direktur wilayah sebuah perusahaan multinasional di bidang kelapa sawit yang banyak dihujat, banyak mendapat penolakan dan banyak catatan kelam, tetapi masih bisa tampil dengan ceria tertawa-tawa sambil berujar, "memangnya masih ada hutan di Riau?". Tawa renyah itu masih terdengar dibalik semua hujatan yang ada. Bila orang dengan beban seperti itu saja bisa tertawa, mengapa aku yang hidup damai dengan sedikit masalah ini harus bermurung ria ?. dan beragam fakta dan pelajaran lainnya. Buka diri untuk semua pelajaran-pelajaran itu, atau kau takkan dapat apa-apa. Hanya rasa lelah dan yah, balasan yang tak seberapa.
     Memperkaya jiwa berarti adalah memberikan pengalaman baru pada diri sendiri, dan membiarkan ia menilai dan eksplor seliarnya. Biarkan ia menilai sambil belajar dan menentukan bagaimana caramu berfikir. Memberikanmu pelajaran lebih bermakna daripada untaian kata di buku-buku cetak maupun hasil tugas ringkasan mata kuliah ilmu kependidikan. Melalui kacamata seorang volunteer, naluri cikgu yang ku miliki lebih bebas dan memaknai pendidikan itu sendiri. Bahwa murid yang pandai dan baik di segala bidang studi memang istimewa, tapi yang suka pada subjek tertentu saja juga tetap istimewa. Saat bergaul dengan anak-anak, jadilah sahabat mereka. Berkicau dengan mereka, sambil mengarahkan kicauan mereka pada hal-hal yang harus mereka pelajari. Bermain bersama atau memberikan mereka waktu untuk bermain. Memberi hadiah agar mereka tak enggan datang. Mmebuat evalusi, mengajak mereka berpendapat. Memulai diskusi. Tugas kita adalah memberi mereka kesempatan seluas-luasnya untuk mempelajari semua hal, dan membebaskan mereka memilih pada subjek mana mereka akan fokus.
     Bicara mengenai volunteer dan pendidikan, aku ingin membagikan sebuah kisah. Adalah hal yang biasa ketika murid mengulang apa yang kita katakan. Memang, ketika mereka mengungkapkan kembali apa yang kita sampaikan dengan bahasa mereka sendiri, itu merupakan bukti bahwasannya mereka mendengarkan dan bisa jadi mereka faham dengan subjek yang kita ajarkan. Mengulang lagi apa yang kita sampaikan dengan bahasa yang berbeda merupakan indikator kefahaman mereka. Hal itu baik, karena yah, akhirnya kita bisa simpulkan, kita berhasil dalam menyampaikan maksud dari pelajaran yang kita sampaikan pada mereka. Tapi apakah yang kita lakukan itu cukup bermakna ? belum tentu, menurutku. Pembelajaran yang bermakna terjadi ketika siswa mampu menemukan hal baru sebagai efek dari pembelajaran yang kita laksanakan. Itulah alasan mengapa hal yang akan aku ceritakan ini. Bisa dikatakan, ini adalah hal yang paling menyentuh hatiku sebagai volunteer sekaligus calon tenaga pendidik.

Apa sih yang kalian dapatkan dari kegiatan ini ?
Kebersamaan, kekompakan, HAH ! Jawaban biasa
Hutan harus dijaga, karena kalau hutan tidak ada harimau mau tinggal dimana ?
Kesejukan, ketenangan
dan jutaan jawaban lainnya yang bersifat asal bunyi, atau pengulangan dari apa yang disampaikan pemateri. Semuanya terlihat sama kecuali satu jawaban.

"Disini sejuk dan dingin, beda dengan tempat tinggal kami yang panas dan gersang. Padahal jaraknya tidak terlalu jauh. Saya rasa karena disini alamnya masih terjaga dan banyak pepohonan. Di tempat kami alamnya rusak oleh dan sedikit sekali pohonnya".

     Kami tidak pernah menyinggung kerusakan lingkungan di daerah mereka. Juga tidak pernah berbicara spesifik tentang suhu disini dan di kampung mereka. Kami tidak pula menyajikan analisa kami mengenai kerusakan lingkungan dan efeknya. Apa yang disampaikannya adalah murni analisanya, dan pemikirannya sendiri. Itulah mengapa aku harus kagum pada jawaban Sudirman. Dibalik sikap anak-anak pada usianya yang sama dengan anak yang lain, suka berkerumun, terkadang sulit berinisiatif, terpengaruh saat kawan yang lain tidak percaya diri, jawaban seperti yang disampaikannya membenarkan pepatah, "Don't Judge a book by it's cover".



Sebagian siswa peserta Pendidikan Lingkungan.

Komentar