Aku baru menyadari, sebuah panggilan tak terjawab, beberapa menit yang lalu. Ku putuskan untuk mengirin sms sekedar bertabya ada apa, setidaknya itu tidak meruntuhkan gengsiku. Diapun menelepon. Menanyakanku belum tidurkah. Dia bercerita, dan aku mendengarkan. Dia punya bahasa yang baik, cara komunikasi yang bagus. Meski etik nya salah karena timing yang tidak pas. malam itu sekitar pukul 11.30 malam. Tapi aku senang. Tidak banyak orang yang peduli padaku. Untuk meneleponku, waw itu adalah sesuatu yang menurutku spesial. Tiga tahun terakhir, aku tidak menerima telepon dari orang-orang terdekat. Tapi malam ini, suaranya mengetuk gendang telingaku dan memancing rasa egoisku untuk tetap tumbuh. Berbicara denganku, mungkin dia kan menemui banyak keanehan. Aku sangat egois, tapi aku tidak hanya memikirkan mauku saja. Dia memutuskan untuk mengakhiri telepon, tapi aku tidak mau, karena memang sama sekali aku tidak mengantuk malam itu. Dia terus memaksaku, dan aku terus tudak mau sampai dia mengatakan yang sesungguhnya bahwa dia akan ada ujian proposal besok paginya. Tanru saja aku sangat merasa tidak enak sudah getol untuk membuatnya mendengarkan ocehan anak kecil.
Dia hanya memanggilku bila ia membutuhkan. Lama sejak aku meneleponnya untuk minta maaf atas ketidaksopananku terhadap tetangga nenekku itu. Sebagai ramah tamah, aku mengiriminya pesan, yang tapi kemudian tidak ia balas. Lama lagi kemudian barulah hal yang seperti ku tulis sebelumnya terjadi. Aku ingin ia lebih sering menelepon. Dia bilang saat berbicara denganku dia merasa sepeti ketika dia masih punya gandengan. Itu sama sekali gombalan yang hambar buatku. Dia adalah orang dekat, dan aku sangat peduli dengan orang dekatku. Ya meski dalam hati terkadang terbesit "I can replace you gf". Kata-kata itu tidak pernah ke luar dari mulutku, tentu saja.
Dia hanya memanggilku bila ia membutuhkan. Lama sejak aku meneleponnya untuk minta maaf atas ketidaksopananku terhadap tetangga nenekku itu. Sebagai ramah tamah, aku mengiriminya pesan, yang tapi kemudian tidak ia balas. Lama lagi kemudian barulah hal yang seperti ku tulis sebelumnya terjadi. Aku ingin ia lebih sering menelepon. Dia bilang saat berbicara denganku dia merasa sepeti ketika dia masih punya gandengan. Itu sama sekali gombalan yang hambar buatku. Dia adalah orang dekat, dan aku sangat peduli dengan orang dekatku. Ya meski dalam hati terkadang terbesit "I can replace you gf". Kata-kata itu tidak pernah ke luar dari mulutku, tentu saja.
Komentar
Posting Komentar