Pengalaman Operasi Caesar


Halo, cerita pengalamanku tentang operasi Caesar akan dibagi menjadi beberapa Sub yang terdiri atas link-link berikut ini :

1. Persiapan Operasi Caesar
2. Alasan Operasi Caesar
3. Cerita Pasca Operasi Caesar

Semoga menemukan apa yang kalian butuhkan ya. Enjoy !

Kita selalu dihadapkan pada adegan kelahiran penuh perjuangan yang juga dramatis melalui berbagai tayangan film maupun video. Jarang sekali kita melihat adegan kekecewaan atau perjuangan seorang Ibu hamil yang menginginkan persalinan normal namun harus mengalah pada keadaan dan menempuh jalan operasi. Padahal ada 15,3% perempuan harus mengalami dinginnya ruang operasi demi kehadiran si buah hati. Terlepas dari kenyataan bahwa sebagian kelahiran opersi sesar merupakan permintaan pasien, baik yang menginginkan operasi caesar atau yang tidak, setiap Ibu pasti mengalami kesulitannya sendiri terkait tindakan operasi ini.

Aku sendiri sudah membayangkan sebuah persalinan yang normal. Terbayang sudah kegiatan yang akan segera ku lakukan setelah pulih dari sakit melahirkan. Makanan dan minuman kesukaan akan segera ku embat, nanti setelah pulih dari sakit melahirkan. Namun di hari yang diprediksikan, aku tidak kunjung lahiran. Pagi itu, 22 Desember 2019, aku merasakan kontraksi dan keluarnya air ketuban namun belum ada rasa sakit pembukaan jalan lahir yang aku rasakan. Malamnya kami memutuskan periksa ke dokter kandungan. Sesuai prediksi beliau, memang pada hari yang sama seharusnya ada tanda-tanda kelahiran. Hasil USG menunjukkan air ketuban yang tinggal sedikit dan detak jantung bayi yang kian melemah. Berdasarkan prediksi beliau, detak jantung itu akan terus menurun dan bila terus dibiarkan akan berbahaya bagi bayi yang ada di dalam kandungan. Malam itu juga untuk kedua kalinya dalam hidupku harus berhadapan dengan resiko kematian. Kami diskusi cepat dan langsung menentukan list barang bawaan. Malam ini akul masuk ruang rawaat inap.

Tak lama setelah semua persiapan ruangan dilakukan, aku mendapatkan induksi yang disebut juga rangsangan, sebagai upaya membuka jalan lahir bagi si jabang bayi. Sarung tangan, dan posisi bukaan, tidak mudah mengoleskan krim induksi yang ku dengar adalah berupa hormon oksitosin, sedalam-dalamnya ke dalam serviks. Reflek saat ada benda masuk ke leher rahim adalah kesulitan terbesarku. Aku yang tersentak malah menyebabkan dilatasi servikku berkurang sehingga dokter kesulitan memberikan prosedur. Setelah diulang oleh perawat yang berlatar belakang pendidikan kebidanan aku sedikit rileks dan pengolesan bisa dilakukan.

Posisi ditutup, lalu aku dilarang buang air dan bergerak kanan kiri selama dua jam. Tidak boleh ada gerakan, dalam sakitnya bawah pinggul sebagai tanda krim induksi sedang bekerja maksimal. Dalam hati aku berujar pasrah, sulitnya mendapatkan momongan, aku rasakan saat ini bahwa meski kau mudah hamil, meski dalam proses hamil kau sehat, tidak ada kepastian apakah dilatasi leher rahim akan bekerja sesuai dengan yang seharusnya pada waktunya. Konsekuensi yang muncul saat kemungkinan terberat adalah ujian yang harus dihadapi dengan lapang dada dan tidak stress. Mulai lah fikirkan kenangan terbaik dalam hidup bila hal ini sedang terjadi.

Upaya induksi dilakukan dengan metode oles di leher rahim dan metode suntik di kantung infus. Selama dua hari dua malam lamanya ditempuh upaya rangsngan yang setiap prosedur diulang dengan setidaknya sejam masa istirahat boleh bergerak, meski sebenarnya reaksi rasa sakit tidak ada hilangnya. Artinya aku terus merasakan sakit, fulltime selama dua hari itu. Waktu itu adalah pengalaman sakit "tersakit" yang pernah aku alami selama hidupku.

Aku faham bahwa kesulitan yang aku hadapi akan memicu terjadinya hal yang tidak aku inginkan. Sebuah Prosedur Operasi yang disebut Caesarean Section. C-section, atau yang sering kita sebut operasi sesar. Beruntung, sikap ingin tahuku sudah membuat ku sedikit banyak tau tentang dinamika apa saja yang akan aku alami dalam proses melahirkan, termasuk kemungkinan terjadinya operasi caesar.

Jadi meskipun aku telah divonis dapat melahirkan secara normal, aku sudah mempersiapkan beberapa hal. Persiapan Operasi Sesar

Setelah induksi selama dua hari dua malam, pagi itu ketubanku bocor saat dokter mencoba memeriksa jalan lahir. Aku panik namun tidak memiliki tenaga untuk melakukan apa-apa seolah nasibku sudah ku relakan, kepasrahanku betul-betul penuh dan aku hanya ingin anakku lahir dengan selamat dan sempurna. Aku tumbuh dengan banyak memikirkan diriku sebagai prioritas utama, bagaimanapun kondisinya, alasan pertama selalu diriku terlebih dahulu, namun kali ini untuk pertama kalinya, aku memprioritaskan orang lain, yaitu anakku, bahkan untuk hal yang besar, sebuah kesempatan hidup. Tuhan memang Maha Kuasa mengaduk-aduk jiwa kita melalui lika-liku kehidupan.

Sembilan jam kemudian aku sudah dirasa cukup puasa. Pukul 5 sore aku bebas induksi, lalu bakda isya induksi oles dan suntik dihentikan. Efek induksi masih terus aku rasakan, hingga bakda isya aku dibawa dengan ambulan menuju rumah sakit rujukan untuk melakukan operasi. Tak perlu bayangkan sakit yang ditambah guncangan dalam perjalanan. Jalan raya Air Molek-Rengat punya banyak empang ditengah aspal. Beruntung aku mendapatkan urutan pertama untuk operasi, 10.45 aku terbangun dari kantuk luar biasa dengan panggul ke bawah yang mati rasa dan tidak bisa digerakkan. Aku mendengar suara yang ku kenal sedang melantunkan azan dengan lirih. Lalu mataku gelap lagi.

Saat terbangun, dokter obgyn ku sedang leyeh-leyeh di tempat tidur sebelah sambil nonton YouTube yang masih saj amembahas tentang permobil-an dan printilannya, masih topik yang sama dengan yang aku sayup dengar dalam perjalanan ke rumah sakit. Seorang perawat yang menyadari aku telah sadar, menggendong bayi kecil merah yang matanya terbuka sedikit. Ia menangis dan aneh sekali aku merasa sangat menyukai suara tangisnya. Aku nyanyikan ia solawat sambil merengkuhnya di lengan kananku. Iapun tenang dan melihat sekeliling dengan mata sipit yang sedikit sekali terbukanya. Aku ingat memanggilnya lirih, Arta.




Tak sampai 35 menit kemudian, kami kembali melakukan perjalanan satu setengah jam kembali ke klinik tempat aku di rawat sebelumnya.

Komentar